Wednesday 15 June 2016

Bunga Beracun



Setiap langkah selalu mengambil peran yang aktif, bicaranya lantang terdengar begitu indah bentuknyapun beragam seperti sosok manusia pujaan tapi kenapa indahnya tak di buat seperti di cermin yang menanyangkan ambisi sebenrnya,  seakan baik baik saja, apa tidak sadar baru sedetik bunga itu berkata yang menjadi racun untuk dirinya, orang yang melihatnya berpura pura dan tidak memasalahkan hal semacam itu.


Waktu terus menguji ingin sekali terlihat tinggi oleh sekitar dan berharap mereka dapat merasakan yang di ingikan, terus menerus seperti itu, bosen dengarnya bagai pecundang kehilangan senjata, hanya mulut yang bisa di andalkannya. pertikaian demi perdebatan mereka lewati agar tetap terlihat seperti bunga yang tampak indah namun sedikit beracun, bahaya? Tidak. namun jika ini di terus apakah sekitar tidak merasakan racun yang mereka keluarkan dari begincu yang jelas benar-benar bualan.


Kasihan bunga itu dia ingin sekali terlihat mekar merona terlihat sempurna, tapi apa daya bunga itu belum merasakan racun yang dia keluarkan akan berdampak buruk kedepannya. Perih akan terasa saat tubuh merasakan pesan secara emosional bahwa tindakan jujur harus lah di kedepankan.


Bertemu kesekian kalinya apa masih sama dengan kelakuan yang dulu, bersikap tenang melewati lawan dengan berpura pura benar memberi pesan yang teralihkan oleh perkataanya.


Ternyata benar  bunga beracun itu merasakan akibat. Jangankan hewan manusia saja malas melihatnya apa lagi mengajak bicara karna semua sudah tahu racun itu sudah terpaksa tersebar dan selalu  identik dengan bunga yang mereka sering temui.
Seperti biasa racun itu keluar secara alami dari tubuhnya. Karna itu sudah menjadi kepercayaan yang mendasar sebagai senjata ampuh yang di miliki agar terlihat kuat dan berdaya.


Apa mungkin suatu saat sadar dengan caranya sendiri atau disadarkan jika racun itu tidak boleh di sebarkan, karna itu akan menjadi boomerang yang suatu saat bisa mengorbankan kepercayaannya yang selama ini termanipulasi oleh ucapan dan prilakunya.
Sekali dua kali racun itu belum terlihat bahkan orang awam yang baru mengenalnya pasti percaya begitu hebatnya bunga ini meracik ramuan yang sudah di persiapkan sejak awal pertemuan.


Begitu cerdas sil silahnya  agar lawan yang di ajak bicara sangat percaya bahkan bunga itu mempunyai cukup bukti sangat terstruktur dan mendetail, sangking mahirnya apapun bisa di manipulasi sesuai kebijakan yang telah di persiapkan untuk kebodohan yang tampak elegan.


Bunga itu beracun, bunga itu manusia, racun itu perkataannya tidak ada yang terlihat indah jika kata-kata di persingkat dan di peralat untuk di buat agar menjadi sungguhan.


Buat apa di buat-buat agar terlihat mewah kalau nyatanya tidak seperti yang di lontarkan berdasarkan fakta, memang awalnya terlihat tinggi dan dapat dipegang seperti bongkahan emas yang bernilai, yang ingin memberi harapan, tapi apa bagus jika tingginya tidak seperti yang seharusnya.


Merendah karna kejujuran itu berfungsi melegakan perasaan lebih lihay dan tentram,kecuali ada sesuatu yang ingin tampak seperti raja.


Melihat objek di sekitar dengan tulus menerima keadaan. Kepercayaan itu modal yang mahal untuk berkembang kedepannya. mendengarkan kata hati agar lebih bijak ketimbang melangkah dengan kata katanya yang termanipulasi oleh kehebohan dogma yang isinya belum tergali hinggga akar.

Ketika kita percaya racun itu, di saat itulah ia mulai beraksi menjadi benalu yang rumit sehingga suatu saat dapat dipahami,itu akan menjadi tumpukan pasir yang mudah di gali.


Bohong itu hebatnya sementara.


Jujur itu senjata hati yang paling benar untuk terlihat selalu bersinar seperti tadi, bongkahaan emas, kecil tapi bernilai jika di kembangkan dan di tumpuk terus menerus.


0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home